PUISI

Kalinikta

Oh,

Seolah-olah matahari sedang kelelahan, ia bersembunyi di puncak gunung. Warna merah keemasan menyusut, burung kecil mengikuti putaran cahaya

Masuklah ke sarang … masuklah dengan perlahan. Hari mulai berselimut gelap

Oh,

Malam yang cantik, engkau didandani bintang, langit pun berkerudung putih, sinar bulan yang mungil menyibak Mega

Sekelompok kunang-kunang dengan kerlipnya mengitari tubuhku

Oh,

Terangi jalanku! Hangati tubuhku!

Nomina
IDEA

Siloka

Fixels

Penyair dari Nusa melenggang menyusuri lingkar alam, di seluruh negerinya kini dipenuhi kebisingan suara yang muncul dari langkah kaki dan sepatu orang-orang kota yang sedang melintasi pemukiman Sancakala.

Namun penyair bukanlah seorang yang lemah, ia luar biasa dengan berjuta keterampilan dan instrumentalnya ia mampu menggabungkan kata-kata menjadi sepasang petir yang menyambar pucuk-pucuk pohon, ia tak henti mencari seorang prajurit yang terkubur diantara dongeng orang-orang desa

Sekarang sudah mencapai malam, matahari tenggelam dengan perlahan seolah membuat langit cerah itu mengubahnya menjadi gelap, sang penyair memutuskan untuk menutup matanya di bawah pohon Argapura.

Nomina, Agustus 2020
PUISI

Bandit

Kudatangi dua tempat kosong

Sunyi dan diam

Nasib pun berubah

Kehilangan ladang hijau, berganti dengan senjata dan reruntuhan

Rahasia dan objek besar jatuh dari langit, di jantung itulah semua tinggal antek-antek dunia yang haus darah.

Pada siapa mengenali, pada tuan mana yang pantas dilayani

Di lorong-lorong sempit ini,

Jalan bagi jiwa yang tersesat

Tidak ada aturan hukum

Tidak ada yang menjamin keselamatan diri

nomina