#40DAYS / MENULIS CERITA / 1 / MENULIS SAJA! / NOMINA
Pagi di salah satu desa, jarum-jarum perak dari langit masih berjatuhan, dan sang fajar sepertinya enggan menampakkan tubuhnya atau mungkin ia sengaja mengubah dirinya menjadi selembar kabut yang membentang diantara perbukitan. Seorang lelaki berwajah sunyi dengan nafas serak dan terengah-engah sedang khusyu di dalam rumah ibadah, mulutnya tak berhenti mengucapkan bait-bait pujian.

Dari balik pintu sebuah ruangan, tampak sekelompok orang berjalan, terlihat beberapa dari mereka terburu-buru, dengan mata tertutup dan kepala tertunduk mereka berusaha memaksakan tubuhnya menuju tempat bersuci, yang jaraknya cuma beberapa langkah dari rumah ibadah, dan tak lama kemudian tanda kegiatan ritual itu pun akan segera dilaksanakan, terdengar dari kejauhan seseorang berkata “ayo cepat, jangan terlambat!”. Pemandangan seperti ini sudah tidak asing lagi aku saksikan setiap pagi.
Selepas kegiatan itu ; saat udara masih terasa membeku, aku duduk di atas balkon asrama, kubuka kedua mataku perlahan-lahan, aku memperhatikan sesuatu yang sedang tertidur nyenyak di tubuh daun, seperti seorang bayi yang lelap di pangkuan ibunya. Di sekeliling angin mulai menghampiri, menggoyangkan pepohonan, burung-burung mulai bernyanyi, matahari mulai mengulurkan sinarnya ke sela-sela daun. Sementara aku seperti penjelajah yang terdampar di pulau gelisah, dan masih saja memutar-mutar pensilku, “Apa yang harus aku tulis?” Pikirku. Lalu aku mengangkat kepalaku ke atas langit dan dengan bodohnya aku berkata kepadanya “Wahai langit yang diberkahi kebijaksanaan-kebijaksanaan, katakan padaku! Apa yang harus aku lakukan dengan kata-kata yang berputar-putar di kepalaku?”
“Menulis saja!” Jawabnya.
Nomina, September 2021