
Dunia adalah benalu yang tumbuh di ranting hidup, kerap memilih bagian potensial pada cabang pikiran, ia memiliki kemampuan membunuh secara perlahan, dunia adalah rumput liar mengganggu akar kehidupan, apabila kita memberikan keleluasaan padanya, kehidupan pasti dipenuhi dahaga kegilaan ; haus tak berujung. Kehidupan itu akan layu, bahkan bisa gugur mengenaskan, sebelum semua itu terjadi kita perlu mencegah pergerakannya, agar tidak menghambat laju arah hidup kita, karena memerdekakan pikiran, tubuh, dan jiwa adalah sesuatu yang tepat dengan fitrah seorang manusia. Namun yang perlu kita ketahui kepada siapa kita tunduk, kepada apa kita sepakati kemerdekaannya
Merdekanya tubuh adalah bebas melakukan ketentuan yang hak terhadap waktu, tanpa adanya rasa takut terjadi sesuatu, baik itu nampak ataupun gaib. Merdekanya pikiran adalah kesucian akal untuk menimbang baik dan buruk, benar dan salah, kuat dan lemahnya kita, kedudukan akal dalam kepala manusia adalah alat untuk mengukur keterlibatan psike dan physical, sedang merdekanya jiwa adalah inti dari kemurnian akal dan keyakinan diri terhadap (sir ketuhanan) dan segala yang menyangkut Ukhrowi. Oleh sebab itu maka carilah ;
“satu yang tidak ada duanya, utuh tidak ada butuhnya, kekal tidak ada rusaknya, kuat tidak ada lemahnya, ada tapi tidak ada awalnya, dan juga tidak akan ada akhirnya“
Cara memerdekannya adalah melepaskan ; merelakan tanpa menuntut apapun pada hasil tercapainya tujuan, lulus atau tidak bukan ukuran, besar atau kecil bukan timbangan. Melepaskan segala sesuatu yang menjauhkan kita pada-Nya.
Nomina, 10 Mei 2020