
☆☆☆☆☆
September, selalu ada awan gelap diantara langit yang cerah ; bulan penuh hujan. Aku lebih menyukai kerikil di bawah telapak kakiku, karena mudah untuk kucongkel keluar, lalu membuangnya sampai jauh agar tak menjadi sandungan bagi laju pejalan lain di belakangku.
Bukan jalan hidup apabila ia mudah berkompromi, meski disertai keinginan kuat untuk melangkah, ia tak segan menghalau, menjatuhkan, bahkan menyingkirkanku, agar aku menyerah dan keluar dari lintasan, tentu dengan cara lain, When September Ends!
September, engkau belum habis, tapi nyatanya sebelah kakiku sudah melangkah di bulan baru, harapan baru, kehidupan yang baru, awan kelabumu tak bisa menutupi tegasnya sinar matahari, karena ia dibekali dengan benang-benang tajam, dan sebentar lagi kau akan melihat seluruh tubuhku menyentuh garis-garis waktu.
Ada alasan mengapa seekor tupai bisa bertahan di cuaca ekstrim sekalipun, karena ia gesit dan cerdik untuk bergerak dan memutuskan saraf-sarafnya, dan engkau lupa bahwa seorang manusia lebih siap dengan hal itu, maka diamlah, karena banyak hal yang kuserap selama bermusim-musim, sungai yang bernyanyi sepanjang hari, pohon-pohon dan tanah, pasir dan bebatuan, bahkan embun yang tertidur di serat daun, bahkan kata-kata yang keluar dari mulutmu berhasil menelanjangi dirimu sendiri.
Hari sudah sore suara-suara dari rahim bumi memanggil tunas baru, aku harus kembali berterus terang kepadamu, aku sudah siap kembali melanjutkan hidup.
Nomina, September 2021