Agenda Tahunan Karang Taruna Kelurahan Karanglayung Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya
Kompetisi tahunan di kelurahan sudah selesai dilaksanakan sesuai rencana dan berjalan dengan aman, seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami selaku warga masyarakat selalu antusias melaksanakan kegiatan tersebut, terutama kegiatan dari berbagai macam cabor (cabang olahraga) dari mulai Bola Voli, Sepakbola, Bulu Tangkis, Catur, Tenis meja, bahkan kegiatan hiburan lainnya seperti permainan kartu dan Game yang sedang digandrungi para remaja masa kini ESports (Mobile Legend dan PUBG Mobile)
Pergi memang menyakitkan, jika bisa dihilangkan dari pikiran manusia, maka kata yang ingin aku musnahkan adalah “pergi“. Manusia tidak bisa pergi, dekat, jauh, sebentar bahkan lama sekalipun. Merupakan fitrah manusia apabila kepergian mengundang luka dan air mata, duka dan lara adalah persenyawan dari keduanya. Benci akan hal itu hanya akan memunculkan bibit luka yang lainnya, karena alam butuh keseimbangan, manusia harus memahami itu, dan aku harus bisa berdamai dengan keadaan.
Pada suatu malam, aku tak melihat satupun rahasia dari kegelapan kecuali bintang yang berjalan lamban, seperti seorang perempuan yang duduk sambil menekuk senyumnya. Sehingga ketika malam itu menggelapkan kenyataan, aku adalah tamu, datang menuju cahaya bulan, warnanya keruh putih seperti bulu serigala
Aku meratapi duka lara serta payah di setiap kedip, aku menentang malam dengan kekerasan hati, aku memuji Tuhanku diantara malapetaka, lalu dukaku terbang dengan ringan melebihi angin. Selepas pagi, sinar matahari membungkuk, membangunkan masa mudaku menatap cermin di dinding, usia muda telah lewat, meluap sampai di leher dan uban yang tumbuh mengingatkanku dari mimpi-mimpi
Jaket tebal dengan uraian bulu lembut di leher, sorban melilit dan baju zirah bersiap melindungi kesepianku. Sifat jalang mata burung yang liar, Aku ingin duduk sebentar, diantara dua ujung sayap burung elang yang gugup menyambar merpati pada hari yang mendung. Ku bangun rumah di tanah kosong sunyi, senyap, gelap, hatiku terikat di keramaian, ku duduk seperti keledai hutan, tidak ada orang melewati, nihil suara kaki, air menyakitkan, rumput menjalar dari pori-pori bumi
Dan lagi, matahari membangun lamunan siang, terkunci nyanyian serangga hutan bersama pikiran yang datang dari ruas kayu seperti angin dan tornado
Kota Santri, 2021
Eh teman-teman, setelah selesai membabat habis rumput-rumput di pinggir kolam, rencananya akan ku tanami sayuran, cabai rawit, kuncai, kacang panjang, nanti aku kabari dadaaahhhh hehehe
“Yang paling kaya dari sebuah musim adalah hujan, ia rela mengorbankan tubuhnya demi setangkai bunga, sebatang pohon, juga sekumpulan rumput -rumput kering, dan yang paling miskin adalah pikiran-pikiran dangkal ketika mencela kedatangannya”
“Pengetahuan itu seperti tangan, ia bisa mengangkat bangunan tanpa tiang, tanpa dinding, tanpa lantai, dan tanpa atap, dan keyakinan ibarat penghuni yang senantiasa merawatkeutuhannya”
Ada sebuah pepatah : “Umur setahun jagung, Darah setampukpinang” – seorang bayi merengek minta disuapin, menagih air susu, wajar. Sudah menjadi satu kedisiplinan hukum Illahi yang tertata dengan baik apabila mudah bosan, jenuh, dan pesimis, apalagi dalam bidang menulis, sebuah huruf lahir dari perselingkuhan jari tangan yang dihalalkan oleh hati dan pikiran.
Ini blog ke-empat yang saya buat, masih bau kencur. Tepatnya satu tahun sejak reg, saya bermain-main di WordPress, hanya untuk sekedar menjaga keharmonisanhati dan pikiran. Menulis yang baik memang diperlukan “penguasaan”, pengelolaan bahasa, kejujuran, kebenaran isi tulisan, dan lain sebagainya. Jika membaca risalah seorang Rowi hadist yang masyhur dikalangan para sahabat, tentu saya tidak akan mampu seperti beliau, setiap satu hurufnya beliau melaksanakan wudlu, bayangkan saja, ribuan riwayat hadist sudah tertulis, bahkan dikaji sampai sekarang, dan saya yakin sebelum bumi ini dilipat, pun akan masih ada orang yang akan mempelajarinya. Semoga saya tetap konsisten untuk menulis
“Baik berjagung-jagung, sementara padi belum masak”
“Memilih kelompok atau kafilah yang bisa mendekatkan dinding hatimu kepada-Nya”
Pict : Nomina Indonesia
Saat itu seorang Sabil sedang melintasi kota Maya, ia menyusuri jejak para pemanol. Matahari dengan pongah menganga di atas kepalanya, panasnya melobangi setiap jengkal tanah yang dipijak oleh kaki mereka, sampailah ia di puncak dahaga, laju air ludahnya terhenti di tengah-tengah kerongkongan, namun ia tetap saja menarik kakinya yang sudah tidak mampu ia pijakan, tibalah di satu rumah, ia melihat sekelompok kafilah sedang asik berkumpul sambil menikmati gelas piala.
Seseorang berkata padanya :
“Kemarilah, bergabunglah dengan kami sekalian, mari bersama-sama menikmati cita dalam gelas piala, kamu telah melewati perjalanan yang sangat jauh, pakaianmu yang robek, tubuhmu yang lusuh, serta keringat yang bercucuran dari tubuhmu menggambarkan itu” Seseorang berusaha meraihnya.
“Terima kasih kuucapkan karena sudi menerima aku yang sedang menapaki perjalanan” Dengan senang hati Sabil menerima tawarannya, lantas ia duduk di samping mereka.
Hari berlalu Sabil berbaur dengan para kafilah tesebut, setiap harinya ia lewatkan bersama mereka, sambil berharap hikmah datang setiap harinya, baginya lebih indah menyerap setetes hikmah dari pada memikul sekarung ilmu. Dawai suara alat musik mengalun, gaung pujian dalam lantunan suara musik dan nyanyian setiap harinya selalu terdengar, sehingga mereka larut dalam buaian kenikmatan, jika datang malam hari mereka senantiasa menyalakan api unggun dan tungku untuk di kelilingi oleh mereka, hingga tibalah suatu masa.
“Nikmatilah malam ini, kita akan bersuka cita dalam kehangatan, mari kita panjatkan hati kita, karena suara musik ini akan membuat kita sampai di puncak ketenangan” Sang kepala kafilah berkata di depan mereka.
“Ya, suara musik dan nyanyian ini akan sampai, namun sampailah kita pada Saqar” Sabil berkata pada dirinya sendiri.
Ia kembali duduk di samping mereka, dengan tak sengaja pakaian yang ia kenakan menyentuh pakaian mereka, kemudian Sabil berusaha menariknya.
“Kenapa kamu menarik pakaiannya, pakaianku tidak kotor? Salah satu orang bertanya kepada Sabil
“Tidak tuan, justru pakaianku yang kotor, aku takut mengotori pakaian milik tuan, maka aku menariknya” Sabil berusaha untuk menjawab pertanyaannya. Kemudian Sabil membuka bajunya, lalu membakarnya dalam tungku, berkobarlah api tersebut, Sabil bertelanjang dada dan tetap duduk di samping mereka.
“Tuan yang terhormat, sekarang aku tidak mengenakan baju dan tubuhku yang kurus, kering dan kotor terlihat, aku tidak pantas untuk bersama-sama kalian, aku takut mengotori pakaian tuan-tuan, aku hendak pamit, untuk melanjutkan perjalanan” Sabil beranjak dari tempat duduknya.
“Kenapa kamu pergi, hai Bani Adam?” Kepala kafilah bertanya kepada Sabil.
“Aku tak memakai pakaian, ijinkan aku untuk mencari sehelai kain agar aku bisa menutupi tubuhku yang kotor” Sabil kemudian berjalan beberapa langkah.
“Tidakkah kau tau, di sini tersedia pakaian yang bagus dan layak kau pakai” Seseorang mencoba menahannya.
“Saya tahu tuan, tapi pakaian milik tuan terlalu bagus untuk ku kenakan, permisi saya pamit untuk melanjutkan perjalanan” Sabil kemudian melanjutkan langkahnya.